Sabtu, 05 Februari 2011

Dia Sahabatku...Dia Teman Hidupku..

Suatu cerita yang panjang ketika ku harus mengingat pertama kali ku bejumpa dengannya. Tanpa rasa, kita adalah teman sekelas waktu SMP. Kelas 1 D adalah tempat yang kami tempati bersama. Dia adalah seorang lelaki kecil yang duduk dibelakang bangkuku. Terlihat, dia sangat canggung sekali dengan yang namanya perempuan. Pembicaraan kami pun hanya sekedar guyonan singkat saat pelajaran lenggang atau saat guru tidak mengajar. Ya hanya itu lah, hanya sebatas teman yang tak pernah tahu asal usul nya. Aku hanya tahu daerah rumahnya, dia ke sekolah dengan naik abonemen… ya hanya sebatas itu saja. Aku malah lebih akrab dengan teman sebangkunya, Erwindra satriawan.

Kenaikan kelas mengharuskan kami berpisah kelas, aku di 2C bersama sahabatku Faricha hasinta, dan dia di kelas 2D. kelas kami terpisah lantai. Dia di lantai 2, sedangkan aku di lantai 1. Hal ini semakin menambah jarangnya intensitas kami bertemu. Sesekali ketika pulang dan bertemu di depan gerbang sekolah, olokan lah yang menjadi bahan sapaan kami. “Hai Ngampel…”,,itu lah kata yang selalu kuucapkan ketika bertemu dengannya. Ketika kelas ku pindah ke lantai atas, tepat disebelah kelasnya, kami pun tak sering berkomunikasi, hanya sesekali melelmpar senyum ketika bertemu. “dia temanku kelas 1 D dulu”,,itulah ucap dalam hatiku. Perhatianku malah tertuju pada seorang anak kelas 2 E yang tepatnya murid bapakku, Alfian Hari Mursanto. Aku penasaran dengan anak ini. Kebetulan kami adalah teman satu angkodes, sedikit demi sedikit prasa penasaranku mulai terjawab. Ternyata tidak sesuai dengan apa yang kubayangkan.

Kelas 3 dimulai. Kelas baru, teman baru. Aku menempati kelas 3 C sekelas dengan Alfian, dan dia menempati kelas 3 D. Bisa dikatakan, kami kehilangan komunikasi. Kita tak pernah bertemu. Tak banayak yang kuketahui tentang dia saat kelas 3. Perhatianku tercurah pada penemuan sahabat baru ku. There are: Ethies Nugraha Prayojani, Maria Febriana, dan Dwi Novitasari. Sungguh ketakutan aku ketika masuk di kelas 3 C. aku sendirian. Tak ada yang ku kenal. Hanya Sinta yang kebetulan aku mengenalnya dari Noviana mengajakku menjadi teman sebangkunya. Faricha hasinta masuk ke kelas 3 I. mau tidak mau, aku harus berpisah dengannya. Temannya Faricha, begitulah aku menyebut nama Ethies Nugraha. Aku sama sekali tidak mengenalnya. Topic pembicaan kami hanya sebatas Faricha, ya hanya itu saja, dan hanya itu topic yang membuat kami nyambung. Hari pertama aku duduk bersama Sinta, tapi hari kedua aku duduk bersama Ethies. Hari ketiga Dwi Nofitasari mengajakku untuk duduk du belakang mejanya, dan kami menurutinya. Mulai saat itu, hari-hari kami lalui berempat. Maria adalah teman sekelas ku waktu kelas 1, tapi aku juga tak begitu mengenalnya. Akhirnya kebersamaan ini terajut hingga sekarang.

Naik kelas 1 SMA. Kami semua bisa masuk di SMA 1 Ponorogo. Aku sekelas dan sebangku dengan Ethies lagi di 1.7 sedangkan Icha, Maria, dan Didik di kelas 1.6, dan dwi ada di kelas 1.4. kelas 1.6 dan 1.7 yang bisa dikatakan berhadapan membuat intensitas ku bertemu dengannya bertambah, tapi tetap tanpa komunikasi yang lebih. Hanya bertegur sapa saat betemu. Satu hal yang kuingat dengannya: dia berkacamata dan naik motor vega orange. Penampilannya bukan aku banget, tapi ya I don’t care, toh aku juga ga mengenalnya terlalu dekat. Persahabatan kami berempat semakin terpupuk. Entah kapan tepatnya Faricha “menyusup” pada kelompok kecil kami. Penyusupan ini dikarenakan Faricha adalah teman pulangnya ethies dan teman sebangkunya maria. Tapi pada saat itu, icha juga tergabung dalam kelompok lain teman-temannya semenjak SMP kelas 3, nah lho cha..pusing kan kamu.. hehehe……… Dengan berjalannya waktu, intensitas icha dalam kelompok kami semakin sering, dan ini lah yang menyebabkan kita semakin dekat. Kami mengikrarkan diri,,kami berlima adalah sahabat. Hari-hari kami lalui bersama berlima. Makan bareng walaupun hanya di jus-jusan dengan harga 1000 rupiah. Nonton film juga menjadi rutinitas kami sepulang sekolah.

Kelas 2. Aku, didik, dan icha satu kelas di kelas 2 IPA 2. Ya bisa dikatakan, di kelas ini lah rasa kepercayaan diriku terhadap teman yang pintar dan kaya muncul, tepatnya setelah aku didaulat menjadi sutradara gagal waktu pelajaran ECC. Bila mengingatnya, itu lah amanat terberat yang pernah ku ambil. Aku harus mengatur kelas sedemikian rupa, padahal di kelasku ada Sanjiva, Rizky, Rosa. Mereka bisa dikatakan orang terpandang di sekolah. Dan aku mengatur mereka dalam sebuah scenario yang aku sendiri tidak mengerti dialognya,,lha wong pake bahasa inggris..aku hanya mengira-ngira bagaimana posisi mereka. Hahahaha,,sungguh sutradara yang aneh dang a jelas.

Di kelas ini lah ketekatanku dengannya mulai terajut kembali setelah aku meminta i-ring gratis darinya karena hanya nomernya kah yang bisa mengirim i-ring gratis. Tak ada rasa sama sekali ke dia. Perhatianku terpusat pada organisasi teaterku dan kakak pembinaku. Hingga suatu ketika aku di “tembak” kakak kelas ku, dan dia mengancam segala rupa untuk mendapatkanku. Ketakutan ini yang menjadi penyebab ku mulai berceruta kepadanya melalui sms. Aku tahu pada saat itu, dia sedang merajut cinta dengan perempuan yang telah dipacarinya sejak kelas 3 SMP. Kami sering berbagi cerita masing-masing. Aku tentang kisah cintaku yang menerima ancaman, dan dia bercerita tentang kisah cintanya yang sudah tidak sehat lagi. Dari sini lah kami menjadi sahabat.

Kelas tiga kami tetap satu kelas, di kelas 3 IPA 2. Komunikasi kami semakin intens. Kami sering ngobrol saat jam sekolah belum dimulai atau saat jam sekolah berakhir. Tapi tetap ku tak ada rasa untuknya. Dia bukan tipe ku. Kami hanya sahabat, itulah ikrar kami saat itu. Tetapi hato berkata lain, ternyata diam-diam dia menyukai ku, dan itu baru ku ketahui pada akhir kleas 3. Memang aku bukan orang yang peka, aku tak pernah tahu siapa yang menaruh rasa denganku sebelum dia mengungkapkannya sendiri. Ku tak mau di anggap Ge-Er.

Penolakan pun bersambut. Penolakan ini memang sudah kupersiapkan jauh-jauh hari, aku tahu dia akan menembakku dari Icha, sahabatku. Ternyata dia sudah menceritakan semua perasaanya kepada Icha sejak dulu, tapi icha tak pernah memberitahuku. Tapi pada akhirnya ketika aku di Jakarta, Icha memberitahu ku tentang semua perasaan didik kepadaku. Dan aku shock. Parkiran belakang sekolah adalah saksi bisa penolakannku untuknya. Memang dia bukan tipe ku. aku hanya menganggapkan sebagai sahabat.. Hanya SAHABAT.. dan dia menerima itu.  Penolakan ini tak membuat kami putus silahrurahmi, kami masih saling berhubungan seolah tanpa ada apa-apa. Dan ternyata, dia mengungguku. Dan aku tidak tahu akan hal ini.

Food Court Matos adalah tempat penolakannku kedua. Dia memaksaku memberi sebuah kepastian tentang hubungan ini. Memang hubungan kami adalah hunbungan yang aneh. Pacaran tidak, tapi tidak pacaran ya tidak. Ya bisa dikatakan hubungan kami ini adalah hubungan tanpa status yang saling mengisi satu sama lain. Aku merasa sendiri, benar-benar sendiri. Dia akan pergi jauh dalam beberapa hari ke depan setelah penolakanku ini. Hubungan persahabatan kami tergoncang. Aku sebenarnya ingin terus menjaga persahabtan ini hingga mati, tapi alam berkata lain. Dalam bayanganku, aku tak berani hidup sendiri. aku butuh dia. Dia tempat berkeluh kesahku. Aku tak mau dia pergi untuk selama-lamanya. Hal ini terus berputar dalam benakku. Dan hal ini lah yang membuatku memberanikan diri untuk menjalin hubungan yang “jelas” dengannya. Aku minta persetujuan kedua orang tuaku, bagaiman bila aku bersamannya. Dan orang tua ku menyerahkan semua keputusan ini kepadaku. Dan aku akhirnya membuat gebrakan baru. Ku mulai menata ahati untuk menerimanya sebagai orang special di hari, walaupun itu berat, tapi aku terus mencobanya. Tanpa ikrar dan perkataan, aku menganggap Selecta adalah tempat dimana aku memulai status baru dengannya. Ini adalah dari pihakku. Tak pernah ada tanggal jadian atau umbaran kata-kata cinta. Benar-benar mengalir. Bila di Tanya akapan jadian, aku sendiri tidak tahu, ya itu tadi kuanggap saat di selecta itulah kehidupan baruku terbentuk. 

4 komentar:

  1. aku suka..cerita dunia ini...semangat
    perjalanan hidup yang masih panjang
    membawa angan dalam kenangan
    mengukir kesudahan yang telah berjalan
    menapaki perlahan setiap rintangan

    angin kencang telah berdatangan
    pacar bintang itu yang didambakan
    menanti suatu jawaban
    menikmati sebuah kejayaan.....

    AKU HARUS BISA..!!!!sniper

    BalasHapus
  2. smp 1 ponorogo ya mbak ? :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus